Welcome

Selamat datang di blog kami, lewat blog ini saya ingin berbagi berbagai kisah, cerita, maupun saduran dari berberapa milis . Juga beberapa info menarik seputar si "Kulit Bundar" , yang jelas isinya di jamin memberi inspirasi buat kita semua. Akhirnya selamat membaca dan mengambil hikmah yang terkandung didalamnya.

Kamis, 31 Mei 2012

Hati Yang Menangis



Sakit itu "gak enak".Bisa dialami oleh siapa aja, muda, tua, perempuan, laki-laki, miskin, kaya.Butuh biaya, kehilangan kebebasan, dan tersiksa.Orang kaya aja, meski nginep dirumah sakit bak hotel berbintang, meski klaim assuransi, tetep bakal merasa "gak enak" Lagian assuransi juga dari duit-duitnya sendiri. Itu orang kaya, orang mampu dan berduit. Bagaimana yang gak punya duit? Berobat ngutang sana, ngutang sini, sebab tidak semua obat ada yang generik, tidak semua obat bisa ditanggung jamkesmas. Bagaimana dengan nasib mereka yang "gelandangan" tanpa tempat tinggal dan sanak saudara? Bahkan, tanda pengenalpun mereka ada yang tak punya!!

Ingin hati menangis. Setiap hari, saya melewati jalan yang sama, dimana disitu terdapat toko kosong yang emperannya sering digunakan untuk berteduh tuna wisma. Saya sering memperhatikan tempat itu, sebab saat kecil, saya suka bermain layang-layang disana. Kemarin malam, saat hendak menuju rumah, saya melihat bapak tua beristirahat disana, beralas kardus, berselimut sarung yang sudah dekil "tentu saya ingat, sebab lebaran tahun kemarin sarung itu masih baru, tiap tahun keluarga kami mendapat bingkisan sarung mencapai puluhan dan tidak mungkin terpakai semua, kami membagi salah satunya kepada bapak tua tersebut."

Pagi saat berangkat kekantor, saya melihat bapak tua tersebut masih berselimutkan sarung, biasanya pagi-pagi beliau sudah pergi meninggalkan tempat itu pergi memulung barang bekas, sore saat pulang kekantor saya melihat beliau masih berada disitu. Seusai buka puasa, saya sempatkan diri melihat beliau, jujur ada rasa sangat penasaran...

Astagfirullahaladzim... Bapak tua tersebut menggigil, berarti seharian kemarin beliau sakit, tanpa ada yang tau dan "peduli"?? Kondisi kritis dan harus dibawa dirumah sakit. Sesampai rumah sakit terkendala prosedur, tak ada jaminan, juga tanpa tanda pengenal. Alhamdulillah ada sahabat lama yang kebetulan menjadi dokter disana membantu. Namun Allah menentukan lain, bapak tua tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir. "Penderitaan" almarhum tidak berhenti disitu proses pengambilan jenazah tak mudah, dan lebih sulit lagi adalah mencarikan tanah makam bagi beliau. Astagfirullah...  Walau akhirnya semua dapat teratasi dengan bantuan sahabat-sahabat, namun tak urung peristiwa ini membuat saya terpukul.

Sebegitu agungkah ukuran materi bagi kehidupan didunia saat ini, sehingga mengurangi (bahkan menghilangkan) nilai kemanusiaan?

Manusia, meski bukan siapa-siapa, tetaplah manusia yang harus diperlakukan secara layak.

~Zach~
dari milis MI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar