Pak Mario, Ibu Linna yang saya kasihi,
Seluruh sahabat super yang saya hormati,
Salam super.
Seluruh sahabat super yang saya hormati,
Salam super.
Senangnya hati saya, dapat kembali menjumpai Bapak-Ibu semua di ruang keluarga MTSC yang hebat ini. Saya berharap kiranya Bapak, Ibu, sahabat semua tengah menikmati suasana hati yang tentram, teduh, dan bahagia, seindah dan seteduh malam hari ini.
Ijinkan saya mengirimkan tulisan "pendek" bagi Bapak-Ibu semua.
Sebuah tulisan pengalaman hidup saya, yang masih "hangat"....baru keluar dari panggangan....:)
Saya baru saja masuk rumah, sore tadi, setelah sejak siang pergi mencari beberapa kebutuhan rumah, sembari mengajak putri bungsu saya, Tirza, 4 thn, bermain ke sebuah mall di daerah Jakarta Selatan.
Hujan deras mengiringi perjalanan kami, sejak keluar dari mall, hingga tiba di depan pintu pagar rumah kami. Tirza tidur lelap di pangkuan pengasuhnya, kelelahan.
Dari dalam mobil, sambil menunggu pintu pagar dibuka, saya lihat di teras rumah ada bang Randi, demikian kami semua menyapanya. Ia adalah kakak sepupu dari sahabat anak ke-2 saya, Nugi. Bang Randi berasal dari Sumatera Utara, tetapi besar di Semarang dan sekarang kuliah di Jakarta. Sungguh seperti orang Jawa asli.
Bang Randi sering ke rumah kami, mengantar-jemput adiknya yang suka sekali mampir bermain di rumah. Di mata saya, ia adalah seorang remaja yang sangat sopan, ramah, periang dan sabar.
Melihatnya ada di teras, saya pelan-pelan berbicara kepada pengasuhnya Tirza : "Wah, ada bang Randi. Kasihan, pasti kehujanan tadi dari tempat les". Secara tak terduga, Tirza langsung terbangun....dan matanya langsung mencari-cari. "Itu lho dek...bang Randi-nya di teras" kata saya. Tirza langsung memalingkan kepalanya ke arah teras. Lalu setelah melihat sosok bang Randi, dia tampak bersemangat. Segera setelah mobil masuk ke garasi, Tirza melompat turun, berlari menuju ke teras.
Saya sendiri menyusul masuk rumah, setelah 3 - 4 menit, seusai membereskan barang2 belanjaan saya. Dari dalam rumah, saya memandang ke teras dan melihat pemandangan yang mengharukan : Bang Randi sedang membacakan buku untuk Tirza, dengan gaya yang sangat menarik dan penuh ekspresi. Tirza duduk manis berhadapan dengannya, dan tampak penuh perhatian mendengarkan bang Randi berbicara.
Aaahhh, ternyata itu yang membuat Tirza "jatuh cinta" pada lelaki muda yang peramah itu. Ada dorongan pada diri Tirza (yg dapat juga saya rasakan)untuk berada bersama dan mendengarkan cerita Bang Randi. Perhatian, keramahan, kasih dan kesabaran bang Randi, dan ketrampilannya bercerita, adalah "magnet" yang membuat Tirza kecil tertarik dan "jatuh cinta" kepadanya.
(Alangkah hebatnya ia nanti, kalau sudah menjadi Bapak. Seluruh keberadaannya, pasti akan mampu membuat anak-anaknya jatuh cinta kepadanya).
Setelah menyapa bang Randi, saya masuk kamar, berbaring, sambil melepas lelah dan merenung : apakah saya seorang Ibu yang mampu membuat anak-anak saya jatuh cinta kepada saya ? Apakah saya punya daya tarik yang cukup kuat, untuk membuat anak-anak saya bersemangat dan gembira, saat saya berada di sekitar mereka ? Apakah saya adalah sebab dari cemerlangnya mata dan merekahnya senyum anak-anak saya ? Apakah keberadaan saya membuat mereka segera ingin berada di dekat saya, memeluk saya atau mendengarkan cerita saya ?
Atau sebaliknya ? Saya seperti monster atau vampire yang menakutkan anak-anak saya ? Apakah kehadiran saya menyebabkan timbulnya rasa takut dan benci di hati anak saya ? Apakah saya justru menghancurkan kebahagiaan anak-anak saya dengan sikap dan ucapan saya ? Apakah sikap saya justru membentangkan jarak antara saya dengan mereka ?
Mendadak saya sibuk mendengar berbagai pertanyaan yang muncul tak henti di benak saya.
Banyak sekali...bertubi-tubi. Pertanyaan itu lama-lama menjadi suara-suara yang membuka pikiran saya....untuk kemudian saya mendapatkan "jalan keemasan", sebagaimana yang Pak Mario ajarkan kepada kita. Ini dia "jalan keemasan" yang saya temukan : Biarkanlah anak-anak kita jatuh cinta kepada kita. Jadikanlah diri kita orangtua yang mampu membuat anak-anak kita jatuh cinta dan bertekuk lutut serta membutuhkan kita".
Kalimat itu muncul begitu saja di dalam pikiran saya, dan saya setuju 100%.
Caranya ? Caranya barangkali tidak perlu ruwet-ruwet dan bermodalkan banyak uang atau materi. Yang pasti, Bang Randi telah memberi contoh kepada saya, bahwa melalui kebaikan hati, keramahan dan kesediaan bercerita -saja-, ia bisa "mendapatkan hati" anak saya ! Tidak harus menyediakan barang-barang mahal, pergi ke restoran kelas satu, nonton pertunjukan ber-HTM jutaan rupiah, atau tamasya ke luar negeri. Cukup bisa bercerita saja, bisa membuat seorang anak terpana dan "terkiwir-kiwir...:))
Bang Randi.....suatu saat saya akan menyampaikan ucapan terimakasih, atas pengajaran tidak langsung, yang sangat berharga, yang saya terima dari dia, di sore hari yang "romantis" ini.
Tadi saya dengar Tirza mengantar Bang Randi pulang, dengan penuh "kemesraan", dengan suara "full power" yang melengking-lengking : "Dadahhhh! Bang Randiiii....besok-besok kesini lagi yaaa....dadaaahhhh....."
Ahhhh, Tirza seperti melepas "kekasih kecintaannya". Spontan suara dalam hati saya bicara : "Sama kok...Tirza juga begitu reaksinya kalau kamu tinggal pergi....pakai bonus airmata dan mewek-mewek segala kan ? Sudah, jangan cemburu !!"
Pak Mario, saya masih terus mempraktekkan ajaran Bapak -, untuk membuat catatan "Golden Ways", untuk diri sendiri. Kali ini saya bagikan untuk seluruh anggota keluarga MTSC, dengan harapan akan ada sahabat super yang dapat memetik manfaat darinya, sebagaimana matahati saya yang tercerahkan oleh pengalaman di hari ini.
Semoga kita semua, para orangtua, dapat menciptakan surga dunia bagi anak-anak kita. Nikmati kebersamaan dengan mereka. Jangan minta mereka cepat besar....melainkan nikmati keindahan masa mecil mereka, yang TIDAK AKAN MUNGKIN TERULANG. Masa remaja dan masa dewasa, memiliki persoalan dan kesulitannya sendiri. Mari kita belajar mengasihi "bintang-bintang kecil" yang Tuhan anugerahkan kepada kita.
Salam teramat super,
Woro Setyanti, SM 133
Bekasi
Ijinkan saya mengirimkan tulisan "pendek" bagi Bapak-Ibu semua.
Sebuah tulisan pengalaman hidup saya, yang masih "hangat"....baru keluar dari panggangan....:)
Saya baru saja masuk rumah, sore tadi, setelah sejak siang pergi mencari beberapa kebutuhan rumah, sembari mengajak putri bungsu saya, Tirza, 4 thn, bermain ke sebuah mall di daerah Jakarta Selatan.
Hujan deras mengiringi perjalanan kami, sejak keluar dari mall, hingga tiba di depan pintu pagar rumah kami. Tirza tidur lelap di pangkuan pengasuhnya, kelelahan.
Dari dalam mobil, sambil menunggu pintu pagar dibuka, saya lihat di teras rumah ada bang Randi, demikian kami semua menyapanya. Ia adalah kakak sepupu dari sahabat anak ke-2 saya, Nugi. Bang Randi berasal dari Sumatera Utara, tetapi besar di Semarang dan sekarang kuliah di Jakarta. Sungguh seperti orang Jawa asli.
Bang Randi sering ke rumah kami, mengantar-jemput adiknya yang suka sekali mampir bermain di rumah. Di mata saya, ia adalah seorang remaja yang sangat sopan, ramah, periang dan sabar.
Melihatnya ada di teras, saya pelan-pelan berbicara kepada pengasuhnya Tirza : "Wah, ada bang Randi. Kasihan, pasti kehujanan tadi dari tempat les". Secara tak terduga, Tirza langsung terbangun....dan matanya langsung mencari-cari. "Itu lho dek...bang Randi-nya di teras" kata saya. Tirza langsung memalingkan kepalanya ke arah teras. Lalu setelah melihat sosok bang Randi, dia tampak bersemangat. Segera setelah mobil masuk ke garasi, Tirza melompat turun, berlari menuju ke teras.
Saya sendiri menyusul masuk rumah, setelah 3 - 4 menit, seusai membereskan barang2 belanjaan saya. Dari dalam rumah, saya memandang ke teras dan melihat pemandangan yang mengharukan : Bang Randi sedang membacakan buku untuk Tirza, dengan gaya yang sangat menarik dan penuh ekspresi. Tirza duduk manis berhadapan dengannya, dan tampak penuh perhatian mendengarkan bang Randi berbicara.
Aaahhh, ternyata itu yang membuat Tirza "jatuh cinta" pada lelaki muda yang peramah itu. Ada dorongan pada diri Tirza (yg dapat juga saya rasakan)untuk berada bersama dan mendengarkan cerita Bang Randi. Perhatian, keramahan, kasih dan kesabaran bang Randi, dan ketrampilannya bercerita, adalah "magnet" yang membuat Tirza kecil tertarik dan "jatuh cinta" kepadanya.
(Alangkah hebatnya ia nanti, kalau sudah menjadi Bapak. Seluruh keberadaannya, pasti akan mampu membuat anak-anaknya jatuh cinta kepadanya).
Setelah menyapa bang Randi, saya masuk kamar, berbaring, sambil melepas lelah dan merenung : apakah saya seorang Ibu yang mampu membuat anak-anak saya jatuh cinta kepada saya ? Apakah saya punya daya tarik yang cukup kuat, untuk membuat anak-anak saya bersemangat dan gembira, saat saya berada di sekitar mereka ? Apakah saya adalah sebab dari cemerlangnya mata dan merekahnya senyum anak-anak saya ? Apakah keberadaan saya membuat mereka segera ingin berada di dekat saya, memeluk saya atau mendengarkan cerita saya ?
Atau sebaliknya ? Saya seperti monster atau vampire yang menakutkan anak-anak saya ? Apakah kehadiran saya menyebabkan timbulnya rasa takut dan benci di hati anak saya ? Apakah saya justru menghancurkan kebahagiaan anak-anak saya dengan sikap dan ucapan saya ? Apakah sikap saya justru membentangkan jarak antara saya dengan mereka ?
Mendadak saya sibuk mendengar berbagai pertanyaan yang muncul tak henti di benak saya.
Banyak sekali...bertubi-tubi. Pertanyaan itu lama-lama menjadi suara-suara yang membuka pikiran saya....untuk kemudian saya mendapatkan "jalan keemasan", sebagaimana yang Pak Mario ajarkan kepada kita. Ini dia "jalan keemasan" yang saya temukan : Biarkanlah anak-anak kita jatuh cinta kepada kita. Jadikanlah diri kita orangtua yang mampu membuat anak-anak kita jatuh cinta dan bertekuk lutut serta membutuhkan kita".
Kalimat itu muncul begitu saja di dalam pikiran saya, dan saya setuju 100%.
Caranya ? Caranya barangkali tidak perlu ruwet-ruwet dan bermodalkan banyak uang atau materi. Yang pasti, Bang Randi telah memberi contoh kepada saya, bahwa melalui kebaikan hati, keramahan dan kesediaan bercerita -saja-, ia bisa "mendapatkan hati" anak saya ! Tidak harus menyediakan barang-barang mahal, pergi ke restoran kelas satu, nonton pertunjukan ber-HTM jutaan rupiah, atau tamasya ke luar negeri. Cukup bisa bercerita saja, bisa membuat seorang anak terpana dan "terkiwir-kiwir...:))
Bang Randi.....suatu saat saya akan menyampaikan ucapan terimakasih, atas pengajaran tidak langsung, yang sangat berharga, yang saya terima dari dia, di sore hari yang "romantis" ini.
Tadi saya dengar Tirza mengantar Bang Randi pulang, dengan penuh "kemesraan", dengan suara "full power" yang melengking-lengking : "Dadahhhh! Bang Randiiii....besok-besok kesini lagi yaaa....dadaaahhhh....."
Ahhhh, Tirza seperti melepas "kekasih kecintaannya". Spontan suara dalam hati saya bicara : "Sama kok...Tirza juga begitu reaksinya kalau kamu tinggal pergi....pakai bonus airmata dan mewek-mewek segala kan ? Sudah, jangan cemburu !!"
Pak Mario, saya masih terus mempraktekkan ajaran Bapak -, untuk membuat catatan "Golden Ways", untuk diri sendiri. Kali ini saya bagikan untuk seluruh anggota keluarga MTSC, dengan harapan akan ada sahabat super yang dapat memetik manfaat darinya, sebagaimana matahati saya yang tercerahkan oleh pengalaman di hari ini.
Semoga kita semua, para orangtua, dapat menciptakan surga dunia bagi anak-anak kita. Nikmati kebersamaan dengan mereka. Jangan minta mereka cepat besar....melainkan nikmati keindahan masa mecil mereka, yang TIDAK AKAN MUNGKIN TERULANG. Masa remaja dan masa dewasa, memiliki persoalan dan kesulitannya sendiri. Mari kita belajar mengasihi "bintang-bintang kecil" yang Tuhan anugerahkan kepada kita.
Salam teramat super,
Woro Setyanti, SM 133
Bekasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar