Welcome

Selamat datang di blog kami, lewat blog ini saya ingin berbagi berbagai kisah, cerita, maupun saduran dari berberapa milis . Juga beberapa info menarik seputar si "Kulit Bundar" , yang jelas isinya di jamin memberi inspirasi buat kita semua. Akhirnya selamat membaca dan mengambil hikmah yang terkandung didalamnya.

Selasa, 25 September 2012

"Kuperintahkan Kau Untuk Berhenti Berpikirrrr....!"

oleh Made Teddy Artiana
penulis & fotografer

Sebagian orang ketika mendengar atau membaca kalimat diatas langsung berkomentar "Seperti pernah dengar, dimana ya ?". Sekedar membantu ingatan Anda, saya akan lengkapi kalimat diatas.

"Kuperintahkan kau untuk berhenti berpikir ! Sebab kalau kau berpikir, aku ikut-ikutan berpikirrrr !!"
Bagi mereka yang masih belum dapat mengingat, berikut clue tambahannya. Perintah aneh bin menggelikan diatas diteriakkan oleh seorang jendral –dengan aksen Batak yang kental- kepada bawahannya, lantaran anak buah nya itu saking terbiasa berpikir strategis, sampai-sampai kebiasaannya itu mengusik Sang Jendral.
Anda benar ! Bawahan itu bernama Lukman, sementara Sang Jendral adalah Bang Naga alias Nagabonar.
Adegan unik dalam film klasik Nagabonar ini tidak saja lucu, tapi cukup konyol jika sungguh-sungguh dipraktekkan. Bayangkan : manusia tanpa pikiran apapun diotaknya !

Namun tentunya bukan itu yang dimaksud oleh kalimat yang sebenarnya sarat pesan mendalam tersebut. Bagiku pribadi, yang ingin disampaikan adalah betapa penting kendali pada sebuah kebiasaan yang kadang sangat membantu namun, kadang justru menjerumuskan. Kebiasaan itu adalah : ber-pi-kir.

Serupa tapi tak sama dengan adegan diatas. Andri -bukan nama sebenarnya- adalah salah seorang team leader di wedding organizer yang dikomandoi Wida, istriku, pernah bernasib sama dengan Lukman. Hanya saja tentu bukan Nagabonar yang menyemprotnya, melainkan aku. Betapa tidak, Andri sebenarnya adalah anak muda yag cerdas, banyak sekali hal-hal yang tidak terpikirkan oleh kami namun dapat dideskripsikan dengan lancar olehnya. Parahnya, hanya 20% saja ide yang bernada positif, yang 80% sisanya adalah kecemasan-kecemasan yang bisa saja terjadi dilapangan. "Kalau begini bagaimana ?" atau "Kalau misalnya terjadi anu ?" dan lain sebagainya. Andri spesialis dalam hal itu. Sebenarnya dalam beberapa hal, "keahlian" Andri sangat berguna, karena bagaimanapun antisipasi tentunya sangat dibutuhkan. Namun demikian ketika bersentuhan dengan pisau analistis Andri, sebuah ide se-briliant apapun dalam beberapa menit segera berubah jadi gagasan tolol yang mustahil dilaksanakan. Ini lantaran ide briliant tadi telah dihujani oleh puluhan keruwetan yang telah beranak pinak dikepala Andri. Ketrampilan unik yang mirip dengan pedang mata dua miliknya ini, sungguh-sungguh harus dikendalikan !

Dulu, ketika berkesempatan menggarap proyek buku yang ditulis Bob Sadino, kami sempat berbincang-bincang serius tentang mengapa "orang bodoh" lebih cepat sukses dibanding "orang pandai". Waktu itu Om Bob "Goblok" Sadino sempat berkelakar : "Orang-orang pintar itu, kadang karena terlalu terbiasa mikir, akhirnya nggak jalan-jalan. Tapi orang bodoh, karena memang sedikit yang dipikirkan ya segera memulai saja. Gimana nati aja deh, kata mereka. Akhirnya orang-orang bodoh itupun sukses. Karena persiapan yang sejati bukan saja dibangun diawal, tetapi justru persiapan sejati itu dibangun ketika kita berani melangkah"

Beberapa orang teman pengusaha dan top manager yang begitu sukses, memberikan tips sederhana berikut untuk kehidupan yang lebih berhasil, yaitu : kendalikan pikiran kita sehingga tetap sederhana, terbuka dan positif. (Ini tentunya tidak sama dengan pengerdilan semua kreativitas yang kita miliki.)

Sepintas ide itu tampak begitu sederhana, cenderung terlalu menyederhanakan hidup yang seringkali kita hujani dengan kata-kata : "sangat kompleksss" ini. Akan tetapi dalam prakteknya, ternyata tips itu memerlukan derajat ketekunan yang cukup tinggi, sebelum semuanya menjadi kebiasaan yang mendarah daging diri kita. Dan ketika ketrampilan berpikir : sederhana, terbuka dan positif itu mulai Anda kuasai (walaupun belum 100%), dampak positifnya segera dapat dirasakan pada kehidupan kita.

Rupanya jika kita memberikan keleluasaan pada pikiran kita, bukan mustahil maka pikiran itu akan mengaduk-aduk Anda, persis ketika seseorang sedang mencari sebatang sendok yang terjatuh dalam kuali besar sop brenebun. Ia tidak akan berhenti memunculkan keraguan, ketakutan, pikiran jorok, dan lain sebagainya sampai Anda tertidur mumet karena kelelahan. Dan tak jarang mengigil ketakutan membayangkan hal-hal buruk yang terjadi. Intinya : menguras seluruh optimisme yang seringkali memang masih berwujud mimpi yang tentunya tampak belum logis.

Celakanya ketika kebiasaan itu tidak segera kita kendalikan, ia akan berubah menjadi kekuatan raksasa yang sekali sentil, dengan mudah akan meng-KO-kan kita. Mirip seperti ideologi teroris yang tidak segera dipadamkan, kemudian tiba-tiba berubah menjadi bahaya yang agresif yang tidak lagi sekedar mengancam, namun lebih dari itu, berani keluar dari persembunyian, dan terang-terangan menyerang !

Jadi sesegera mungkin agaknya kita harus masuk ke arena, bertarung, habis-habisan mengendalikan kebiasaan berpikir kita, mumpung mereka masih imut-imut. Karena percaya atau tidak, seperti perkataan banyak orang bijak : "Pikiran, seperti halnya dengan uang, adalah tuan yang buruk, namun hamba yang baik".

Dengan demikian orang bijak bukan karena banyak, rumit dan kompleks pikiran yang ia miliki, tetapi justru orang bijak adalah mereka yang memiliki kendali penuh atas pikiran mereka. Sehingga mereka mampu mengarahkan pikiran mereka hanya kepada hal-hal yang penting, baik dan berguna.

Menutup artikel yang terasa cukup panjang ini, ada sebuah anekdot yang saya percaya sudah pernah Anda ketahui sebelumnya.

Ketika astronout Amerika ingin pergi ke bulan mereka mendapat sebuah kesulitan, karena pena (pulpen) yang biasa mereka pakai ternyata tidak berfungsi di ruang hampa. Maka NASA melakukan riset beberapa tahun untuk menciptakan tinta hi-tech yang kebal terhadap kondisi ruang hampa. Mereka menghitung sedemikian rupa intensitas, kepatan dan berat jenis tinta tersebut sehingga dimanapun –bahkan diruang hampa- tinta itu tetap masih bisa digunakan. Namun berbeda dngan astronout Rusia, mengetahui tinta umum tidak beroperasi di bulan sana, mereka membawa pensil ! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar