Oleh: Agustinus Dandi
Suatu hari di semarang setelah kebetulan ikut misa harian pagi. Seperti biasa aku duduk di depan gua Bunda Maria. Setelah selesai berdoa aku cuma duduk berdiam aja disitu.
Tiba-tiba aku tertarik melihat seorang wanita setengah baya. Kalau tidak bisa dikatakan sudah sepuh, berjalan tertatih sudah agak membungkuk dengan kemoceng ditangan dan serbet seadanya di pundaknya. Beliau datang menghampiri patung dan berkata "Gusti Yesus, Gusti Maria, nyuwun sewu, kulo bade resik-resik!" (Gusti Yesus, Gusti Maria, mohon maaf, permisi, saya mau bersih-bersih).
Aku tertegun dan secara tidak sadar tertarik dengan apa yang dilakukan si ibu. Dengan perlahan (karena faktor umurnya mungkin ) dia mulai membersihkan area sekitar gua. Menghilangkan debu yang ada, membersihkan sisa-sisa lelehan lilin, mengganti karangan bunga yang sudah tampak layu. Sekitar 1/2 jam berlalu, si ibu lalu selesai melakukan pekerjaannya. Sebelum meninggalkan tempat bekerjanya, si ibu berkata lagi "Gusti Yesus, Gusti Maria, sampun, kulo sampun rampung, mugi-mugi berkenan. Kulo bade nyambut gawe, mohon pangestune." duh nerjemahinnya gimana ya ? (Gusti Yesus,Gusti Maria, sudah, saya sudah selesai, mudah-mudahan berkenan. Saya mau bekerja, minta restunya ).
Sekali lagi aku terpana, doa yang sangat sederhana dari seorang yang juga sangat sederhana, tapi semuanya mencerminkan kepasrahan yang sangat dalam buatku. Aku tertarik, jiwa isengku kumat. Aku ikutin si ibu, dihalaman gereja yang juga bersebelahan dengan sebuah sekolah katholik yang cukup ternama di kota itu, ternyata beliau menggelar jualannya. Si ibu jualan nasi pecel, agak jauh aku terus perhatikan si ibu. Setelah beliau selesai dan siap berjualan, langsung aku datangi, aku pengen tau dia lebih jauh dan sekalian sarapan pikirku.
Basa basi sebentar dan sambil nunggu pesenan aku coba ajak ngobrol beliau :(pake bahasa indonesia aja ya, mumet)
"memang biasa bersih-bersih di gereja to bu.?"
"iya mas, sudah terbiasa dari dulu"
"sudah berapa lama bu?"
"wah mas sejak gadis"
wuih, dah lama banget itu pasti pikirku, aku makin iseng nanyanya.
"koq tadi ga sisan ikut misa pagi to bu? dan aku kayanya ga pernah liat ibu selama ini?"
Si ibu senyum, sambil ngasih nasi pecel pincu'an pesenanku. terus beliau ngomong,
"saya muslim mas"
Deg, bengong aku dengernya, lama aku pegang tuh nasi pecel sambil bengong ngeliatin si ibu. Gak karuan rasanya hati ini.
"Dari muda aku sudah jualan ditempat ini mas, aku dapet rejeki ditempat ini, kan gak ada salahnya aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku pada Yang Punya Tempat Ini. Aku gak salah to mas?"
aku gelagepan ditanya gitu, "wah ya gak to bu, ibu hebat banget, ibu dibayar?
"Saya gak pernah minta itu mas, saya ikhlas melakukannya. Sekedar menunjukkan rasa terima kasih saya, tapi mungkin sekitar 5 tahun ini romo maringi (memberi) saya 100rb sebulan."
"putra berapa bu?"
"3 mas. 1 laki-laki 2 perempuan, sudah selesai semua mas."
"maksud ibu?"
"yang perempuan dua duanya sudah nikah dan hidupnya lumayan, yang laki-laki 4 tahun lalu sudah lulus sekarang sudah kerja"
"lulus apa bu?"
"ekonomi mas, sarjana, wah ibu gak ngerti mas masalah itu, yang penting mereka semua sudah bisa nguripi (menghidupkan) hidup mereka sendiri-sendiri. Saya sekarang tetep jualan karena memang ini yang cuma saya bisa mas, gak pengen nganggur dirumah"
"nyuwun sewu, bapak masih ada bu?"
"masih mas, tuh mbecak, mangkalnya juga disini."
Aku bengong, gak bisa berkata-kata, nunduk sambil makan, tiba-tiba si ibu ngomong lagi.
"mungkin saya keliatan aneh ya mas, saya muslim, saya sholat tapi saya masuk ke gereja, mungkin bahasa mas saya berdoa disana, saya sendiri gak ngerasa berdoa disana. Saya cuma minta ijin dan minta restu saja. Tapi mungkin ini bisa buat mas bawa pulang nanti, kalau Tuhan itu ada dimana-mana. Dan Dia itu untuk siapa saja, gak pernah membeda-bedakan. Manusia aja mas yang senengnya membeda-bedakan. Maaf ya mas kalau saya salah, maklum orang kecil dan bodo saya gak pernah sekolah."
"Gak bu, ibu gak salah, ibu hebat, bahkan mungkin dari orang yang paling pinter sekalipun. Beruntung saya bisa ketemu ibu."
Aku gak sanggup ngomong apa-apa lagi. Setelah pamit, aku jalan kaki pulang ke tempat saya tinggal dan hari itu gak habis rasa kagumku pada si ibu. Dengan kesederhanaannya, beliau mengajarkan aku dan menunjukkan aku satu hal yang sangat luar biasa. Tuhan ada dimana-mana. Tuhan ada buat semua orang, selama kita pasrah berserah, percaya dan tulus meminta padaNya, Dia pasti menunjukkan jalan buat kita. God Bless U Mbok Narti. God Bless U and your family.
(kejadian itu mungkin sekitar 5 tahun lalu, dan 2 tahun setelah itu aku kesana lagi, beliau sudah tidak berjualan, padahal kangen aku pengen ketemu beliau, mungkin beliau sudah dilarang anaknya jualan lagi dan berbahagia bersama cucu2nya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar